danau ranau

danau ranau
danau kebanggaan

Wednesday, April 3, 2013


PENGERTIAN PENDEKATAN DALAM MEMAHAMI AGAMA


By on 4:43 PM


PENGERTIAN PENDEKATAN DALAM MEMAHAMI AGAMA

A. Pendekatan Teologis Normatif
Pendekatan Teologis Normatif adalah sebagai upaya memahami agama dengan menggunakan kerangka ilmu ketuhanan yang bertolak dari suatu keyakinan bahwa wujud empirik dari suatu keagamaan dianggap sebagai yang paling benar  dibandingkan yang lainya. Pendekatan ini bersifat partikularistik, dogmatis, fanatic,  ekslusif, arogan, dan tidak jarang terjadi klaim kebenaran. Pendekatan ini lebih menekankan pada bentuk forma atau symbol-simbol keagamaan yang masing-masing mengklaim dirinyalah yang paling benar dan sebaliknya yang lain salah.[1]
 Amin Abdullah mengatakan bahwa teologi sebagaimana kita ketahui, tidak bisa dan tidak pasti mengacu kepada agama tertentu. Loyalitas terhadap kelompok sendiri, komitmen, dan dedikasi yang tinggi serta pengguanaan bahasa yang bersifat subjectif, yakni bahasa sebagai pelaku, bukan sebagai pengamat. Menurut informasi yang diberikan The Encyclopaedia of American Religion, diAmerika Serikat saja terdapat 1200 sekte keagamaan. Satu diantaranya adalah sekte Davian yang pada bulan april 1993 pemimpin sekte Davidian bersama 80 orang pengikut fanatiknya melakukan buduh diri masal setelah berselisih dengan kekuasaan pemerintahan Amerika Serikat.Dari pemikiran tersebut, dapat diketahui bahwa pendekatan teologi dalam pemahaman keagamaan adalah pendekatan yang menekankan pada bentuk forma atau simbul-simbol keagamaan yang masing-masing bentuk forma atau simbol-simbol keagamaan tersebut mengklim dirinya sebagai yang paling benar sedangkan yang lainnya salah.[2]
Aliran teologi yang satu yakin dan fanatik bahwa pahamlah yang benar sedangkan paham yang lainnya salah.Dalam keadaan demikian maka terjadilah proses saling mengkafirkan,salah menyalahkan. Terlebih lagi kenyataan demikian harus ditambahkan dengan doktrin teologi, pada dasarnya memang tidak pernah berdiri sendiri tetapi jaringan institusi atau kelembagaan sosial kemasyarakatan yang mendukung keberadaannya.  



B. Pendekatan Antropologis
Antropologi berasal dari bahasa Yunani anthropos  yang berarti manusia dan Logos yang berarti wacana. Maka antropologi adalah sebuah ilmu yang mempelajari tentang segala aspek dari manusia, yang terdiri dari aspek fisik dan nonfisik berupa warna kulit, bentuk rambut, bentuk mata, kebudayaan, aspek politik, dan berbagai pengetahuan tentang corak kehidupan lainnya yang bermanfaat.
Pendekatan Antropologis dapat diartikan sebagai salah satu upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktik keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Menurut Dawam Rahardjo, lebih mengutamakan pengamatan langsung, bahkan sifatnya partisipatif. Dari sini timbul kesimpulan-kesimpulan yang sifatnya induktif yang mengimbangi pendekatan deduktif sebagaimana digunakan dalam pengamatan sosiologis. Sejalan dengan pendekatan tersebut, maka dalam berbagai penilitian antropologi agama dapat ditemukan adanya hubungan positif antara kepercayaan agama dengan  kondisi ekonomi dan politik. Golongan miskin yang kurang mampu dan golongan miskin pada umumnya, lebih tertarik pada gerakan-gerakan keagamaan yang bersifat mesianis, yang menjanjikan perubahan tatanan sosial kemasyarakatan. Sebagai contoh, melihat agama sebagai opium atau candu masyarakat tertentu sehingga mendorong untuk memperkenalkan teori konflik atau yang bisa disebut dengan teori pertentangan kelas. Menurutnya, agama bisa disalah fungsikan oleh kalangan tertentu untuk melestarikan status quo peran tokoh-tokoh agama yang mendukung sistem kapitalisme di Eropa yang beragama kristen. [3]
Melalui pendekatan antropologis di atas, maka melihat bahwa agama ternyata berkolerasi dengan etos kerja dan perkembangan ekonomi suatu masyarakat. Dalam hubungan ini, jika kita ingin mengubah pandangan dan sikap etos kerja seseorang, maka dapat dilakukan dengan cara mengubah pandangan keagamaanya. Selanjutnya dengan pendekatan antropologis ini, kita dapat melihat agama dalam hubungannya dengan mekanisme pengorganisasian (sosial organization).[4]
Selanjutnya, melalui pendekatan antropologis ini juga dapat ditemukan keterkaitan agama dengan psikoterapi. Sigmun Freud (1856-1939) dengan mengaitkan agama dengan Oedipus Complex, yakni pengalaman infantil seorang anak yang tidak berdaya dihadapan kekuatan dan kekuasaan bapaknya. Agama dinilainya sebagai Neurosis. Dalam psikoanalisanya, dia mengungkapkan hubungan antara ide, ego dan superego. Meskipun hasil penelitian Freud berakhir dengan kurang simpati terhadap realita bereagaman manusia, tetapi temuannya ini cukup memberi peringatan terhadap beberapa kasus keberagamaan tertentu yang lebih terkait dengan Patologi sosial maupun kejiwaan.

C. Pendekatan Sosiologis
Sosiologis adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat dan menyelidiki ikatan-ikatan antara manusia yang menguasai hidupnya itu. Sosiologi merupakan cara terbentuk dan tumbuh serta berubahnya perserikatan-perserikatan hidup serta pula kepercayaan, keyakinan yang memberi sifat tersendiri kepada cara hidup bersama itu dalam tiap persekutuan hidup manusia. Sementara itu Soerjono Soekanto mengartikan sosiologi sebagai suatu ilmu pengetahuan yang membatasi diri terhadap persoalan penelitian. Didalam ilmu ini juga dibahas tentang proses-proses sosial mengingat bahwa pengetahuan perihal struktur masyarakat saja belum cukup untuk memperoleh gambaran yang nyata mengenai kehidupan bersama dari manusia. Dari dua definisi tersebut terlihat bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang menggambarkan tentang keadaan masyarakat yang lengkap dengan struktur, lapisan serta berbagai gejala sosial lainya yang saling berkaitan.[5]
Dengan ilmu ini suatu fenomena sosial dapat dianalisis dengan faktor-faktor yang mendorong terjadinya hubungan, mobilitas soisal serta keyakinan-keyakinan yang mendasari terjadinya proses tersebut.
 Jalahuddin Rahmat telah menunjukkan betapa besarnya perhatian agama yang dalam hal ini Islam terhadap masalah sosial, dengan mengajukan lima alasan sebagai berikut.
1.      Dalam Al Qur’an atau kitab-kitab hadist, proposi terbesar kedua sumber hukum Islam itu berkenaan dengan urusan muamalah.
2.      Ditekankanya masalah muamalah sosial dalam islam ialah adanya kenyataan bahwa bila urusan ibadah bersamaan waktunya dengan urusan muamalah yang penting, maka ibadah boleh diperpendek atau ditangguhkan (tentu bukan ditinggalkan), melainkan dengan tetap dikerjakan sebagaimana mestinya.
3.      Ibadah yang mengandung segi kemasyarakatan yang diberi ganjaran lebih besar dari pada ibadah yang bersifat perorangan.
4.      Dalam Islam terdapat ketentuan bila urusan ibadah dilakukan tidak sempurna atau batal, karena melanggar pantangan tertentu.
5.      Dalam Islam terdapat ajaran bahwa amal baik dalam bidang kemasyarakatan mendapat ganjaran lebih besar dari ibadah sunnah.

D.Pendekatan Filosofis
Secara harfiah, kata filsafat berasal dari kata philo yang berarti cinta kepada kebenaran, ilmu dan hikmah. Filsafat pada intinya menjelaskan hakikat atau hikmah mengenai sesuatu yang berada di balik objek formalnya. Filsafat mencari sesuatu yang mendasar, asas, dan inti yang bersifat lahiriyah.
 Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa filsafat pada intinya berupaya menjelaskan inti, hakikat, atau hikmah mnegenai sesuatu yang berada di balik objek formalnya. Sebagai salah satu contoh, kita jumpa berbagai merek pulpen dengan kualitas dan harganya yang lain-lain namun intinya semua pulpen itu adalah sebagai alat tulis. Ketiak disebut alat tulis, maka tercakuplah semua nama dan jenis pulpen. Louis O Kattsof mengatakan bahwa melamun, juga bukan berpikir secara kebetulan yang bersifat untung-untungan, melainkan dilakukan secara mendalam, radikal, sistematik, dan universal. Berfikir secara filosofis tersebut selanjutnya dapat digunakan dalam memehami ajaran agama dengan maksud agar hikmah, hakikat atau inti dari ajaran agama dapat dimengerti dan dipahami secara seksama. Tujuan pendekatan filosofis agar seseorang dapat merasakan hikmahnya hidup secara berdampingan dengan orang lain. Dengan mengerjakan puasa misalnya agar sesorang dapat merasakan lapar yang selanjutnya menimbulkan rasa iba kepada sesamanya yang hidup serba kekurangan. Demikian ibadah haji yang dilaksanakan dikota Mekkah, dalam waktu yang bersamaan, dengan bentuk,gerak ibadah (manasik) yang sama dikerjakan dengan yang lainya. Kesimpulan demikian itu bisa terjadi manakala seseorang hanya memahami bentuk lahiriah dari kisah tersebut. Namun demikian, pendekatan filosofis ini tidak berarti menafikan atau menyepelekan bentuk pengalaman agama yang bersifat formal. Filsafat juga mempelajari segi batin yang bersifat esoterik, sedangkan bentuk (forma) memfokuskan segi lahiriah yang bersifat eksoterik.[6]
Pendekatan Filosofis, yang dimaksudkan diatas adalah melihat suatu permasalahan dari sudut tinjauan filsafat dan berusaha untuk menjawab dan memecahkan permasalahan itu dengan menggunakan metode analisis spekulatif. Filasat adalah berpikir secara sistematis, radikal, dan universal. Disamping itu, filsafat mempunyai bidang (objek yang dipikirkan) sendiri,yaitu bidang atau permasalahan yang bersifat filosofis, yakni bidang yang terletak diantara dunia ketuhanan yang gaib dengan dunia ilmu pengetahuan yang nyata.[7]

B.     Karakteristik Pendekatan Teologis Normative, Pendekatan Antropologis, Pendekatan Sosiologis dan Pendekatan Filosofis
Karakteristik Pendekatan Teologis Normatif adalah:
a.       Truth claim (klaim kebenaran) hanya ada pada ajarannya.
b.      Partikularistik
c.       Eksklusif
d.      Terkadang intoleran
e.       Formalistik
f.       sosial dan sejenisnya.
g.      Menggunakan cara berpikir deduktif.[8]

Karakteristik pendekatan antropologis
Pertama, bercorak descriptive, bukannya normatif.  Pendekatan antropologi  bermula dan diawali dari kerja lapangan  (field work),  berhubungan  dengan orang, masyarakat, kelompok  setempat yang diamati  dan diobservasi dalam jangka waktu yang lama dan mendalam.
Kedua, Yang terpokok dilihat oleh pendekatan antropologi  adalah local practices, yaitu praktik konkrit dan nyata di lapangan. Praktik hidup yang dilakukan sehari-hari,  agenda mingguan, bulanan dan tahunan, lebih –lebih ketika manusia melewati hari-hari  atau peristiwa-peristiwa penting dalam menjalani  kehidupan.
Ketiga, comparative. Studi dan pendekatan antropologi memerlukan perbandingan dari berbagai tradisi, sosial, budaya dan agama-agama.



Karakteristik pendekatan sosiologis
1.      Fungsionalisme
Teori fungsionalisme disebut juga teori strukturalisme fungsional. Fungsionalisme merupakan teori yang menekankan bahwa unsur-unsur di dalam suatu masyarakat atau kebudayaan itu saling bergantung dan menjadi kesatuan yang berfungsi sebagai doktrin atau ajaran yang menekankan manfaat kepraktisan atau hubungan fungsional.
2.      Konflik
Diartikan sebagai percekcokan, perselisihan atau pertentangan, teori konflik ini mengasumsikan bahwa masyarakat terdiri dari kelompok yang memiliki kepentingan satu sama lain. Mereka selalu bersaing untuk mewujudkan hasrat dan kepentingan mereka. Sehingga seringkali bermuara pada terjadinya konflik antara satu komunitas masyarakat dengan komunitas lain.
Masing-masing komunitas memiliki perangkat simbol. Karena itu, antara suatu komunitas dengan komunitas lain atau antara anggota komunitas dengan anggota lainnya akan terjadi interaksi, satu sama lain menunjukkan simbol yang mereka miliki. Karena itu, perspektif ini disebut interaksionisme simbolik. Struktur dan realitas sosial terbentuk akibat adanya interaksi simbol. Cara-cara keberagamaan seseorang terbentuk akibat interaksi simbol.
4.      Pertukaran
Teori pertukaran dapat dijadikan pendekatan untuk menganalisis realitas dan perubahan sosial. Keberadaan suatu komunitas dalam berhubungan dengan komunitas lain atau hubungan antara dalam suatu komunitas akan berlangsung sampai pada suatu titik dimana satu sama lain merasa puas. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam sebuah komunitas muslim dapat dipandang dari perspektif pertukaran.


Karakteristik pendekatan filosofis
1.      pendekatan sains
2.      dapat dilihat dari objek pengkajian
3.      tujuan pengkajian
4.      metode kerja pengkajia

Tukang Coding
Judul: PENGERTIAN PENDEKATAN DALAM MEMAHAMI AGAMA
Review oleh: pramuka /riyan aulia | Roy Aswin Hendra Aulia
Update pada: 4:43 PM | Rating: 4.5

Comment for "PENGERTIAN PENDEKATAN DALAM MEMAHAMI AGAMA"

1 comments: